Walaupun Berbeda.. Namun Tetap Satu.. INDONESIA.

Jumat, 17 Desember 2010

Makan Saprahan. Budaya Melayu, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.

Anda tentu sudah pernah makan beramai-ramai dalam sebuah acara. Tapi berapa banyak orang yang makan bersama Anda? Di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, ada tradisi makan bersama yang disebut saprahan yang diikuti hingga ribuan orang.

Tradisi saprahan dalam suatu upacara perkawinan khas masyarakat melayu Sambas biasanya dibuka dengan lagu-lagu ceria yang diiringi alat musik tanjidor. Saprahan berasal dari kata sap atau berjajar. Untuk saprahan ini para tamu duduk di kayu panjang yang disebut tarop. Namun duduk di tarop ada aturannya. Tamu yang boleh duduk di barisan atau sap paling atas hanya mereka yang sudah bergelar haji, hajjah, atau orang yang berilmu.

Tak hanya itu, pakaian dalam saprahan juga sudah ditentukan. Tiap tamu laki-laki wajib berbusana khas melayu telok belanga, sedangkan tamu perempuan berbaju kurung. Sementara bagi mereka yang sudah menunaikan ibadah haji diwajibkan berpakaian haji seperti saat di Tanah Suci.



Makan Saprahan (Photo by Jamadin, Tribun Pontianak)

Makanan disantap secara berkelompok yang terdiri dari enam orang. Kelompok ini disebut saprah. Biasanya menunya adalah masakan khas melayu Sambas seperti daging masak kecap, sambal udang, selada, atau ayam masak putih.

Selain di Sambas, tradisi saprahan juga dikenal di wilayah Kalbar lainnya, seperti di Pontianak, Mempawah, dan Ketapang. Namun, di tiap-tiap daerah cara penyajian serta jenis makanannya berbeda. Khusus di Pontianak, makan saprahan hanya digelar untuk perjamuan para kerabat keraton.(Suprapti/disadur dari Amin Alkadrie)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar